SIAPAKAH DZULQARNAIN ITU?
Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Pertanyaan:
Didalam
Al-Qur'an diterangkan masalah Dzulqarnain, yaitu:
"Sehingga apabila ia sampai ke daerah matahari terbenam, ia mendapatinya terbenam di sebuah matair yang hitam berlumpur, dan ia dapati di sisinya satu kaum (yang kufur ingkar). Kami berfirman (dengan mengilhamkan kepadanya): "Wahai Zulkarnain! Pilihlah sama ada engkau hendak menyeksa mereka atau engkau bertindak secara baik terhadap mereka". (Al-Kahfi 18:86)
Apakah yang dimaksud dengan matahari yang terbenam dalam mata air yang hitam? Siapakah orang-orang yang didapati oleh Dzulkarnain?
Jawab:
Kisah
Dzulqarnain telah diterangkan dalam Al-Qur'an pada Surat Al-Kahfi,
tetapi Al-Qur'an tidak menerangkan siapakah sebenarnya Dzulqarnain,
siapakah orang-orang yang didapatinya, dan dimana tempat terbenam dan
terbitnya matahari? Semua itu tidak diterangkan dalam Al-Qur'an secara
terperinci dan jelas, baik mengenai nama maupun lokasinya, hal ini mengandung
hikmah dan hanya Allahlah yang mengetahui.
Tujuan
dari kisah yang ada dalam Al-Qur'an, baik pada Surat Al-Kahfi maupun
lainnya, bukan sekadar memberi tahu hal-hal yang berkaitan dengan
sejarah dan kejadiannya, tetapi tujuan utamanya ialah sebagai contoh dan
pelajaran bagi manusia.
Sebagaimana Allah swt. dalam firman-Nya:
"Demi sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran." (Yusuf 12:111)
Kisah Dzulqarnain, mengandung contoh seorang raja saleh yang diberi oleh Allah kekuasaan di bumi, yang meliputi Timur dan Barat. Semua manusia dan penguasa negara tunduk atas kekuasaannya, dia tetap pada pendiriannya sebagai seorang yang soleh, taat dan bertakwa. Sebagaimana diterangkan di bawah ini:
Sebagaimana Allah swt. dalam firman-Nya:
"Demi sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran." (Yusuf 12:111)
Kisah Dzulqarnain, mengandung contoh seorang raja saleh yang diberi oleh Allah kekuasaan di bumi, yang meliputi Timur dan Barat. Semua manusia dan penguasa negara tunduk atas kekuasaannya, dia tetap pada pendiriannya sebagai seorang yang soleh, taat dan bertakwa. Sebagaimana diterangkan di bawah ini:
Ia berkata: "Adapun orang yang melakukan kezaliman (kufur derhaka), maka kami akan menyeksanya; kemudian ia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu diazabkannya dengan azab seksa yang seburuk-buruknya. (Al-Kahfi 18:87)
Adapun orang yang beriman serta beramal soleh, maka baginya balasan yang sebaik-baiknya; dan kami akan perintahkan kepadanya perintah-perintah kami yang tidak memberati". (Al-Kahfi 18:88)
Jadi,
apa yang diterangkan dalam Al-Qur'an, hanyalah mengenai perginya
Dzulqarnain ke arah terbenamnya matahari, sehingga berada pada tempat
yang paling jauh. Di situ diterangkan bahwa dia telah melihat matahari
seakan-akan terbenam di mata air tersebut, saat terbenamnya. Sebenarnya,
matahari itu tidak terbenam di laut, tetapi hanya bagi penglihatan kita
saja yang seakan tampak matahari itu terbenam (jatuh) ke laut. Padahal
matahari itu terbit menerangi wilayah (bangsa) lain. Maksud dari ayat
tersebut, bahwa Dzulqarnain telah sampai ke tempat paling jauh, seperti
halnya matahari terbenam di mata air yang kotor (berlumpur) , yang
disebutkan diatas.
Begitu juga maksud dari ayat tersebut, Dzulqarnain telah sampai di tempat terjauh, yaitu terbitnya matahari dan sampai bertemu pula dengan kaum Ya'juj dan Ma'juj. Dalam keadaan demikian, Dzulqarnain tetap pada pendiriannya semula, yaitu sebagai seorang raja yang adil dan kuat imannya, yang tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang dikuasai dan kekuasaannya diperkuatnya dengan misalnya membangun bendungan yang besar, yang terdiri dari bahan-bahan besi dan sebagainya. Di dunia ini beliau selalu berkata dan mengakui, bahwa segala yang diperolehnya sebagai karunia dari Allah dan rahmat-Nya.
Begitu juga maksud dari ayat tersebut, Dzulqarnain telah sampai di tempat terjauh, yaitu terbitnya matahari dan sampai bertemu pula dengan kaum Ya'juj dan Ma'juj. Dalam keadaan demikian, Dzulqarnain tetap pada pendiriannya semula, yaitu sebagai seorang raja yang adil dan kuat imannya, yang tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang dikuasai dan kekuasaannya diperkuatnya dengan misalnya membangun bendungan yang besar, yang terdiri dari bahan-bahan besi dan sebagainya. Di dunia ini beliau selalu berkata dan mengakui, bahwa segala yang diperolehnya sebagai karunia dari Allah dan rahmat-Nya.
Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an:
(Setelah itu) berkatalah Zulkarnain: "Ini ialah suatu rahmat dari Tuhanku; dalam pada itu, apabila sampai janji Tuhanku, Dia akan menjadikan tembok itu hancur lebur, dan adalah janji Tuhanku itu benar". (Al-Kahfi 18:98)
(Setelah itu) berkatalah Zulkarnain: "Ini ialah suatu rahmat dari Tuhanku; dalam pada itu, apabila sampai janji Tuhanku, Dia akan menjadikan tembok itu hancur lebur, dan adalah janji Tuhanku itu benar". (Al-Kahfi 18:98)
Tujuan
utama dari Al-Qur'an dalam uraian di atas ialah sebagai contoh, dimana
seorang raja soleh yang diberi kekuasaan yang besar pada kesempatan yang
luar biasa dan, kekuasaannya mencakup ke seluruh penjuru dunia di
sekitar terbit dan terbenamnya matahari. Dalam keadaan demikian,
Dzulqarnain tetap dalam kesolehan dan istiqamahnya tidak berubah.
Firman
Allah swt.:
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadanya kekuasaan memerintah di bumi, dan Kami beri kepadanya jalan bagi menjayakan tiap-tiap sesuatu yang diperlukannya.
(Al-Kahfi 18:84)
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadanya kekuasaan memerintah di bumi, dan Kami beri kepadanya jalan bagi menjayakan tiap-tiap sesuatu yang diperlukannya.
(Al-Kahfi 18:84)
Mengenai
perincian dari masalah tersebut tidak diterangkan dalam Al-Qur'an dan
As-Sunnah, misalnya waktu, tempat dan kaumnya, siapa sebenarnya mereka
itu. Karena tidak ada manfaatnya, maka sebaiknya kami berhenti pada
hal-hal yang diterangkan saja. Jika bermanfaat, tentu hal-hal itu
diterangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw.